BAB II
PEMBAHASAN
A. PROFIL DUSUN TEGAL PANGGUNG
Kelurahan
Tegalpanggung termasuk dalam Wilayah Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta. Luas
wilayah kalurahan ini kurang lebih 35.0575 Ha. Kelurahan Tegalpanggung terletak
di Pusat Kota Yogyakarta dengan identifikasi sebagai berikut : Jarak dari Pusat
Pemerintahan Kecamatan : 0,3 Km dan Jarak dari Ibukota Propinsi/Kota Yogyakarta
: 2,5 Km. Tegalpanggung terdiri atas 16 RW, 66 RT. Adapun batas-batas Kelurahan Tegalpanggung
adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Kotabaru,
sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Bausasran, sebelah Selatan
berbatasan dengan : Kelurahan Purwokinanti dan sebelah Barat berbatasan dengan
: Kelurahan Suryatmajan.
Kelompok kami melakukan observasi di
dekat sungai code di RT 2 Desa Ledok tukangan, kelurahan Tegalpanggung,
kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. Desa tersebut kurang lebih mempunyai
warga berjumlah 30 Kepala Keluarga. Sebagian besar penduduknya sebagai
pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, buruh, dan lainnya terdiri dari PNS,
Pensiunan, Jasa, dan sebagainya. Yang paling dominan desa RT 2 bekerja menjadi
pedagang di Malioboro, sehingga masyarakat tidak menganggur karena memilih
untuk menjadi pedagang di Malioboro apabila tidak mendapatkan pekerjaan yang
diinginkan. Rata-rata pendidikan di Desa tersebut hanya lulusan SMA/Sederajat,
tidak banyak yang berminat untuk meneruskan ke Perguruan Tinggi. Desa ini tidak
terdapat Karang Taruna, tetapi disaat lingkungan sekitar dilihat sudah agak
kotor dan kurang rapi warga masyarakat langsung melakukan gotong royong
membersihkan desa tersebut. Posyandu dilaksanakan lima bulan sekali yang
bertempat di RW tersebut. Kerjasama dan solidaritas yang baik juga ditunjukan
kepada RT 1 apabila terkena lahar dari sungai code.
B. PERMASALAHAN YANG ADA
1. Masalah pengangguran
Masalah pengangguran ini
jumlahnya tidak terlalu banyak,karena banyak warga di RT ini kebanyakan
mendongkrak ekonominya dengan cara berjualan di malioboro.
2. Masalah Lingkungan
Lingkungan yang kotor karena
sampah yang sedikit menggunung tetapi tidak terlalu parah karena dapat
diminimalisir dengan sikap dari
warga yang senang bekerja bakti setiap minggunya dan juga datangnya
organisasi lain yang mengamati
keadaan sekitar dan juga datang untuk mengadakan kerja bakti
3. Pemuda Mabuk – Mabukan
Pernah terjadi pada waktu malam hari, pemuda pengangguran yang mabuk –
mabukan membuat warga resah. Tetapi karena sikap kekompakan warga membuat
daerah tersebut menjadi aman karena selalu diadakan ronda malam dan memberikan
sanksi untuk para pemuda mabuk.
4. Pendidikan
Latar belakang warga yang berpendidikan hanya lulusan SMA / SMK membuat
warga memilih untuk bekerja menjadi pedagang disekitar kawasan Malioboro. Warga
yang bekerja menjadi pegawai tidak banyak karena kebanyakan mereka hanya
sebagai pendatang.
5. Gedung TK
Keadaan yang tidak memungkinkan karena lahan yang sempit sedangkan
pemukiman tersebut yang padat penduduk membuat minimnya prasarana gedung Taman
Bermain anak yang minim. Bahkan gedung sekolah TK yang masih menjadi 1 gedung
dengan masjid. Tetapi selama ini itu tidak menjadi persoalan serius karena
disaat waktunya sholat, kegiatan di TK tersebut telah berakhir.
6. Banjir Lahar Dingin
Sesungguhnya permasalahan yang sangat mendasar di kawasan Code yaitu
terjadinya Banjir Lahar Dingin yang terjadi karena hujan deras di puncak
merapi. Hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Merapi mengakibatkan
terjadinya banjir lahar dingin hingga Kota Yogyakarta, seperti yang ada di
bantaran Kali Code. Kejadian tersebut
membuat sebagian besar rumah yang ada di bantaran Kali Code tergenang air
hingga satu meter dan merusak sejumlah prasarana umum seperti jembatan dan
talud.
Banjir itu bukan saja membawa lahar, tapi juga batu-batu
berukuran raksasa. Pada banjir lahar dingin, Senin 3 Januari 2011,
batu-batu besar seukuran minibus menghantam wilayah-wilayah di sekitar kali
Opak, Sleman, Yogyakarta serta banjir yang melanda daerah kawasan sekitar code.
Lahar dingin yang menyapu hari Rabu lalu, menghantam jembatan di Salam, hingga
ambruk. Jalur Magelang- Yogyakarta putus. Rumah-rumah warga di sekitar sungai
terbenam. Bukan oleh air, tapi lumpur dan pasir yang memadat.
Itu sebabnya, usai memantau aktivitas Merapi, semua petugas
BPPTK kini mengawasi ancaman banjir lahar dingin. Tak cuma di lereng, semua
sungai yang berhulu di kaki Merapi berpotensi banjir lahar. Apalagi material
vulkanik saat ini telah memenuhi aliran sungai. Jadi, upaya pengerukan dan
pembuatan tanggul harus segera dilakukan.
Yang juga mendesak dan harus diutamakan adalah keselamatan
penduduk di bantaran sungai. Saat peringatan dini muncul, warga tak punya
pilihan, harus menghindar dari daerah aliran sungai, juga wilayah yang
dijangkau luapan banjir.
Instrumen peringatan dini lain yang perlu dipertimbangkan adalah
sistem monitor aliran lahar yang dapat mendeteksi vibrasi tanah saat terjadi
rayapan banjir lahar. “Seluruh sistem ini memungkinkan memberi peringatan dini
untuk menekan sekecil mungkin kerugian baik harta maupun jiwa penduduk di
sekitar jalur sungai yang berhulu di puncak Merapi.
Dalam upaya untuk
mengatasi banjar datang, masyarakat dari RT 2,3,4,5 saling begotong royong
untuk mengevakuasi penduduk di RT 1. Mereka dievakuasikan di masjid, maupun
rumah-rumah yang tidak terkena banjir. Untuk bahan pokok seperti makanan, air
mineral, dan pakaian sudah di datangkan langsung dari pemerintah daerah
yogyakarta, donatur, maupun dari tokoh-tokoh dan calon-calon wakil rakyat
tertentu.
C.
SOLUSI YANG DISARANKAN
Banjir
lahar yang sering membuat warga menjadi gelisah, kami menyaran kan untuk:
1
Selalu Siap Sedia Tas
Siaga
Tas
siaga dapat digunakan disaat kapanpun dibutuhkan, dimana yang dimaksud dengan
tas siaga yaitu tas yang berisi perlengkapan darurat yang dapat digunakan
disaat mengungsi. Dengan begitu warga tidak panik apabila banjir datang, karena
mereka sudah menyiapkan sebelumnya sehingga korban jiwa dapat diminimalisir
karena warga dapat cepat diungsikan ketempat yang aman.
2
Didirikannya Pos
Pemantauan Ditepi Sungai
Pemantauan
yang dilakukan secara berkala akan membuat para warga lebih waspada, apabila
air sungai mulai meluap maka akan dibunyikan sirine untuk diberitahukan pada
warga.
3
Warga Di Larang untuk
Membuang Sampah Disungai
Untuk
melakukan pencegahan awal supaya banjir tidak parah, maka warga sekitar
dilarang untuk membuang sampah disungai karena itu akan membuat aliran air
mampet dan apabila banjir datang tidak dapat mengalir dengan lancar.
4
Posko Bencana Harus
selalu Dirawat
Posko
– posko pengungsian yang sudah didirikan oleh pemerintah hendaknya dirawat
dengan baik dan tidak disalahgunakan. Sehingga pada waktu saatnya diperlukan
sudah dalam kondisi siap digunakan serta sarana dan prasarananya yang dalam
keadaan baik.
5
Penyuluhan Pada Warga
Untuk Tidak Panik Menghadapi Bencana
Diadakannya
suatu pelatihan pada warga bagaimana cara – cara yang benar dan baik saat
terjadinya bencana akan membuat warga menjadi tidak panik. Karena dengan itu
resiko trauma pada masyarakat akan dapat dikendalikan serta masyarakat dapat
mengungsi dalam keadaan yang tenang.