DILEMA BEASISWA
Anyda Dyah S.F
Siapa
si yang tidak mau menerima beasiswa? Kebanyakan mahasiswa mau alias
tidak menolaknya untuk menerimanya. Hanya orang – orang tertentu yang
merasa takut menerimanya karena takut akan pertanggung jawabannya kelak.
Beasiswa
yang diberikan biasanya diperuntukkan untuk mahasiswa yang kurang mampu
tetapi ada juga yang diperuntukkan untuk mahasiswa berprestasi. PPA
(peningkatan prestasi akademik) dan BBM (bantuan belajar mahasiswa)
merupakan 2 macam beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa di UNY
yang tak pernah sepi dari para peminatnya. Setiap kali ada pengumuman
dibukanya pengajuan beasiswa, berbondong - bondong mahasiswa FIP
khususnya berlomba untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Peningkatan
prestasi akademik, tentunya diharapkan untuk mahasiswa yang
mendapatkannya menjadi lebih termotivasi dalam menggenjot kemampuan
akademiknya supaya tetap terus berprestasi. Tapi apakah pada faktanya
juga berjalan seperti apa yang diinginkan? Sungguh menjadi dilema
tersendiri bagi mahasiswa yang mendapatkannya. Diberi tugas menyusun PKM
(Program Kreativitas Mahasiswa) yang diharapkan akan mengasah motivasi
mahasiswa dalam berkarya dalam mengembangkan dirinya. Begitu juga dengan
BBM atau bantuan belajar mahasiswa, diperuntukkan untuk mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam pembiayaan perkuliahan. Dengan begitu
mahasiswa akan bekerja keras belajar mengejar Indeks Prestasi untuk
dapat memenuhi syarat dalam mengajukan bantuan guna meringankan beban
orang tua dalam pembayaran kuliah dan pemenuhan buku – buku perkuliahan.
Semua
itu tentunya sangat mulia tujuan dan maksud dari pengadaan beasiswa,
tetapi fakta yang terjadi pada akhir – akhir ini sedikit berbeda bahkan
menyimpang jauh dari tujuan pengadaan beasiswa tersebut. Uang yang
diterima oleh para mahasiswa sering disalahgunakan untuk hal – hal yang
sebenarnya kurang begitu penting dalam menunjang perkuliahan. Misalnya
saja si A mengajukan beasiswa BBM dengan alasan meringankan beban orang
tua dalam mencukupi kebutuhan kuliah, tetapi uang yang seharusnya
digunakan untuk alasan itu dipakai membeli HP yang terbaru dan digunakan
berfoya – foya menjajakan makan teman – temannya. Sungguh ironis,
disaat sebagian besar mahasiswa yang berjuang keras mencari kerja part time guna membayar uang semesterannya.
Tidak
menyangka dan tidak terduga, disaat sedang gencarnya pendidikan
karakter di kampus kita ini tetapi masih banyak yang belum bisa memahami
pentingnya nilai karakter dalam diri mahasiswa. Beasiswa memang hak
setiap mahasiswa untuk mendapatkannya asalkan memenuhi persyaratan dan
lolos seleksi. Tetapi tidakkah para penerima beasiswa itu menyadari akan
pentingnya uang yang mereka terima? Bukan hanya sekedar digunakan untuk
“syukuran” dengan teman – temannya karena telah mendapatkan beasiswa,
melainkan bagaimana caranya supaya bisa memanfaatkan uang tersebut agar
benar – benar bermanfaat dalam menunjang proses perkuliahan.
Seorang
mahasiswa yang mendapatkan beasiswa tentunya dia akan mendapatkan
sebuah tugas membuat PKM, dimana dibagi kelompok – kelompok untuk
menyusun dan mengelola setiap gagasan dari mahasiswa. Masih ada juga
individu – individu yang hanya ikut – ikutan tanpa memberikan
kontribusinya dalam pembuatan PKM tersebut. Hanya beranggapan kalau
namanya telah tercantum dalam salah satu proposal, maka kewajibannya
akan selesai begitu saja.
Lebih
jauh kita tenggok dalam kebijakan mengenai beasiswa yang telah dibuat
oleh para pembuat kebijakan tersebut. Faktor- faktor apa saja yang
menjadi pertimbangan dalam penentuan si penerima beasiswa. Mulai dari
faktor keberuntungan, penghasilan orang tua atau prestasi mahasiswa?
Masih menjadi pertanyaan besar untuk mahasiswa mengenai kebijakan
tersebut. Hanya saja harapan serta himbauan agar penerima beasiswa
adalah mahasiswa yang benar – benar membutuhkannya dan berhak untuk
mendapatkannya.
0 komentar:
Posting Komentar